Selasa, 20 Agustus 2024

Logo Guru.Technosains.com Versi AI

 To design a logo for guru.technosains.com, focusing on a glowing effect, I'll create a concept that reflects a modern, tech-savvy vibe with a touch of sophistication. Here's what I envision:

Concept:

  • Text: "guru.technosains.com" in sleek, modern typography.
  • Glow Effect: A subtle neon or LED glow around the text, emphasizing the tech-forward nature of the brand.
  • Color Scheme: A dark background (midnight blue or black) with glowing cyan or electric blue text to create contrast.
  • Symbol/Icon: Perhaps an abstract, futuristic shape or a tech-related icon (like a circuit or a light bulb) subtly integrated with the text, also glowing slightly.
  • Style: Minimalist, clean, with a focus on the glowing effect to make the logo stand out, especially in digital spaces.


Contoh fungsi LMS pada koding Matlab

Berikut adalah fungsi LMS dalam bahasa pemrograman MATLAB yang memungkinkan Anda untuk mengimplementasikan algoritma Least Mean Squares (LMS). 

Fungsi ini menerima parameter learning_rate, num_weights, serta input lainnya seperti input_signal dan desired_signal.

function [weights, error_signal, output_signal] = LMS(input_signal, desired_signal, learning_rate, num_weights)
    % Fungsi LMS untuk meminimalkan kesalahan antara sinyal input dan sinyal yang diinginkan
    %
    % input_signal: Sinyal input (vektor)
    % desired_signal: Sinyal yang diinginkan (vektor)
    % learning_rate: Laju pembelajaran (skalar)
    % num_weights: Jumlah bobot yang digunakan dalam filter
    %
    % weights: Bobot yang dihasilkan oleh algoritma LMS
    % error_signal: Sinyal kesalahan yang dihasilkan selama proses pembelajaran
    % output_signal: Sinyal output yang dihasilkan oleh filter adaptif
    
    % Inisialisasi variabel
    num_samples = length(input_signal);       % Jumlah sampel dalam sinyal input
    weights = zeros(num_weights, 1);          % Inisialisasi bobot awal
    error_signal = zeros(num_samples, 1);     % Inisialisasi sinyal kesalahan
    output_signal = zeros(num_samples, 1);    % Inisialisasi sinyal output
    
    % Loop melalui sinyal input
    for n = num_weights:num_samples
        % Ambil vektor input yang sesuai dengan bobot
        x = input_signal(n:-1:n-num_weights+1);  % Sinyal input yang dilipat
        
        % Hitung sinyal output
        output_signal(n) = weights' * x;
        
        % Hitung sinyal kesalahan
        error_signal(n) = desired_signal(n) - output_signal(n);
        
        % Perbarui bobot berdasarkan sinyal kesalahan
        weights = weights + learning_rate * error_signal(n) * x;
    end
end

Penjelasan Fungsi:

  1. Parameter Input:

    • input_signal: Sinyal input ke filter adaptif.
    • desired_signal: Sinyal yang diharapkan atau sinyal target.
    • learning_rate: Laju pembelajaran (mu), yang menentukan seberapa besar pembaruan bobot dilakukan di setiap iterasi.
    • num_weights: Jumlah bobot (koefisien filter) yang digunakan dalam model.
  2. Variabel Keluaran:

    • weights: Bobot akhir setelah proses pembelajaran selesai.
    • error_signal: Sinyal kesalahan di setiap iterasi, yang menunjukkan perbedaan antara sinyal yang diinginkan dan output filter.
    • output_signal: Sinyal output yang dihasilkan oleh filter adaptif.
  3. Proses:

    • Looping dilakukan untuk setiap sampel dalam sinyal input setelah jumlah bobot tercapai.
    • Dalam setiap iterasi, sinyal input saat ini dan beberapa sampel sebelumnya digunakan untuk menghitung output filter.
    • Bobot diperbarui secara iteratif berdasarkan kesalahan yang dihitung di setiap langkah.
Contoh Penggunaan:
% Contoh sinyal input dan sinyal yang diinginkan
input_signal = randn(1000, 1);        % Sinyal input acak
desired_signal = filter([1, -0.5], 1, input_signal) + 0.1*randn(1000, 1); 
% Sinyal target

% Parameter LMS
learning_rate = 0.01;
num_weights = 4;

% Panggil fungsi LMS
[weights, error_signal, output_signal] = LMS(input_signal, desired_signal, learning_rate, num_weights);

% Plot hasil
figure;
subplot(3,1,1); plot(input_signal); title('Sinyal Input');
subplot(3,1,2); plot(desired_signal); title('Sinyal Target');
subplot(3,1,3); plot(output_signal); title('Sinyal Output oleh LMS');

Kode ini memberikan implementasi dasar dari algoritma LMS yang dapat disesuaikan lebih lanjut sesuai kebutuhan spesifik aplikasi pengendalian Anda.

Jumat, 19 Juli 2024

Golden Ratio

Golden ratio, atau rasio emas, adalah sebuah rasio matematis yang sering ditemukan di alam, seni, arsitektur, dan desain. Rasio ini dilambangkan dengan huruf Yunani phi (φ) dan nilainya kira-kira 1.61803398875. Golden ratio dianggap estetis menyenangkan dan sering kali muncul dalam berbagai bentuk dan pola di alam.

Definisi Matematika

Golden ratio adalah rasio antara dua angka dimana rasio antara angka yang lebih besar terhadap angka yang lebih kecil sama dengan rasio antara jumlah keduanya dengan angka yang lebih besar. Secara matematis, jika a dan b adalah dua angka dan a>ba > b, maka: ab=a+ba=ϕ\frac{a}{b} = \frac{a + b}{a} = \phi

Sifat dan Aplikasi

  1. Fibonacci Sequence: Rasio emas sering dikaitkan dengan deret Fibonacci, di mana setiap angka adalah jumlah dari dua angka sebelumnya. Saat deret Fibonacci berkembang, rasio antara dua angka berturut-turut mendekati nilai golden ratio.

  2. Geometri: Dalam geometri, golden ratio dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti pentagon, decagon, dan dodecahedron. Pembagian segmen garis menggunakan golden ratio juga menghasilkan segmen yang estetis dan proporsional.

  3. Seni dan Arsitektur: Banyak karya seni dan bangunan menggunakan golden ratio dalam desain mereka. Contohnya adalah Parthenon di Yunani, lukisan "Mona Lisa" oleh Leonardo da Vinci, dan banyak karya seni lainnya. Golden ratio digunakan untuk menentukan proporsi yang dianggap harmonis dan menarik secara visual.

  4. Desain dan Estetika: Golden ratio sering digunakan dalam desain grafis, tipografi, dan logo untuk menciptakan komposisi yang seimbang dan menarik. Desainer menggunakan rasio ini untuk menentukan ukuran elemen-elemen dalam desain agar terlihat proporsional.

  5. Alam: Golden ratio dapat ditemukan di alam dalam bentuk spiral pada cangkang siput, susunan daun pada tanaman, dan pola-pola lainnya. Pola spiral yang sesuai dengan rasio emas juga dapat dilihat dalam galaksi spiral dan badai.

Perhitungan Golden Ratio

Untuk menghitung nilai φ, kita bisa menggunakan persamaan kuadrat yang dihasilkan dari definisi rasio emas: ϕ2=ϕ+1\phi^2 = \phi + 1

Dengan menyelesaikan persamaan ini, kita mendapatkan: ϕ=1+521.61803398875\phi = \frac{1 + \sqrt{5}}{2} \approx 1.61803398875

Kesimpulan

Golden ratio adalah sebuah konsep yang menggabungkan matematika, seni, dan alam dalam cara yang harmonis dan proporsional. Nilai estetis dan aplikasinya yang luas membuatnya menjadi salah satu konsep paling menarik dan sering digunakan dalam berbagai bidang.

Senin, 01 April 2024

Cara Mencari Malam Laitatul Qodar menurut Imam Ghazali

 "Kaidah prediksi malam lailatul qadar menurur imam ghazali"



Sesungguhnya malam qadar itu bisa diketahui dengan melihat hari pertama bulan ramadhan. 

1. Apabila hari pertama ramadhan jatuh pada hari Ahad atau hari Rabu, maka malam qadarnya adalah malam ke-29

2. Apabila awal ramadhan jatuh pada hari Senin, maka malam lailatul qadarnya adalah hari ke-21

3. Jika awalnya adalah hari Selasa atau Jum'at, maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-27

4. Jika awalnya adalah hari Kamis, maka malam ke-25

5. Jika awalnya adalah hari Sabtu, maka malam ke-23


Syaikh abu Al Hasan as-Syadzili mengatakan: "semenjak aku menginjak usia remaja, malam lailatul qadar tidak pernah meleset dari kaidah tersebut

Senin, 15 Januari 2024

Algoritma Naive Bayes, Pengertian dan Contohnya

Algoritma Naive Bayes adalah suatu metode klasifikasi yang berdasarkan teorema Bayes dengan asumsi bahwa semua variabel prediktor (fitur) adalah independen satu sama lain. Meskipun asumsi ini seringkali tidak terpenuhi di dunia nyata, namun Naive Bayes tetap menjadi pilihan yang baik dan efisien untuk masalah klasifikasi, terutama dalam kasus dengan data yang cukup besar.


Langkah-langkah umum dalam algoritma Naive Bayes adalah sebagai berikut:

1. Pelatihan (Training):

  • Menghitung probabilitas prior untuk setiap kelas berdasarkan data latih.
  • Menghitung probabilitas kondisional untuk setiap fitur dalam setiap kelas
2. Klasifikasi:
  • Menggunakan teorema Bayes, menghitung probabilitas kelas untuk suatu contoh baru.
  • Memilih kelas dengan probabilitas tertinggi sebagai prediksi.

Contoh sederhana dapat diilustrasikan dengan kasus klasifikasi email sebagai spam atau bukan spam. Misalkan terdapat dua fitur: (1) kata "lottery" muncul atau tidak, dan (2) kata "money" muncul atau tidak. Kita ingin mengklasifikasikan email berdasarkan dua fitur tersebut.


Contoh Perhitungan:

Data Pelatihan:

| No. | Email Text                             | Spam (Kelas) |

|-- ---|---------------------------------|-----------------|

| 1    | Win the lottery, win money! | Yes                |

| 2    | Meeting tomorrow                 |  No               |

| 3    | Lottery winner                       | Yes               |

| 4    | Money for you                       | Yes               |

| 5   | Important meeting                  | No                |


Pelatihan:

Menghitung probabilitas prior:

P(Spam=Yes) = 3/5
P(Spam=No) = 2/5
Menghitung probabilitas kondisional untuk setiap fitur dalam setiap kelas:

P("lottery" | Spam=Yes) = 2/3
P("money" | Spam=Yes) = 2/3
P("lottery" | Spam=No) = 1/2
P("money" | Spam=No) = 1/2

Klasifikasi:
Misalkan kita punya email baru: "Win money fast."

1. Menggunakan teorema Bayes untuk menghitung probabilitas kelas:

  • P(Spam=Yes | "win", "money", "fast") ∝ P("win" | Spam=Yes) * P("money" | Spam=Yes) * P("fast" | Spam=Yes) * P(Spam=Yes)
  • P(Spam=No | "win", "money", "fast") ∝ P("win" | Spam=No) * P("money" | Spam=No) * P("fast" | Spam=No) * P(Spam=No)

2. Memilih kelas dengan probabilitas tertinggi sebagai prediksi.

Dalam kasus ini, kita akan memprediksi bahwa email tersebut adalah spam karena probabilitas kelas "Spam=Yes" lebih tinggi.


Algoritma Naive Bayes memiliki beberapa manfaat yang membuatnya sering digunakan dalam berbagai aplikasi:

1. Sederhana dan Efisien:
  • Naive Bayes adalah algoritma yang relatif sederhana dan mudah dipahami.
  • Komputasinya cepat dan efisien, terutama ketika dihadapkan dengan dataset yang besar.
2. Kemampuan Menangani Data Besar:
  • Cocok untuk dataset dengan fitur yang besar dan independen, karena asumsi utama Naive Bayes adalah adanya independensi antar fitur.
3. Kemampuan Klasifikasi Baik:
  • Meskipun asumsinya naif (fitur independen), Naive Bayes sering memberikan kinerja yang baik dalam tugas klasifikasi, terutama pada dataset dengan jumlah fitur tinggi.
4. Efektif untuk Klasifikasi Teks dan NLP:
  • Naive Bayes sering digunakan dalam pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing/NLP) dan klasifikasi teks karena dapat mengatasi permasalahan klasifikasi dokumen dengan baik.
5. Ketahanan terhadap Data yang Hilang:
  • Naive Bayes cukup tahan terhadap data yang hilang, artinya dapat melakukan klasifikasi dengan baik meskipun beberapa fitur tidak lengkap.
6. Sederhana untuk Diperbarui:
  • Model Naive Bayes dapat diperbarui dengan mudah ketika ada tambahan data pelatihan baru.
7. Cocok untuk Klasifikasi Multikelas:
  • Naive Bayes dapat digunakan untuk tugas klasifikasi dengan lebih dari dua kelas (multikelas).
8. Baik untuk Klasifikasi dengan Dimensi Tinggi:

Cocok untuk klasifikasi dengan data berdimensi tinggi seperti pengenalan wajah atau analisis citra.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun Naive Bayes memiliki banyak keunggulan, ia juga memiliki asumsi yang cukup kuat tentang independensi fitur yang mungkin tidak selalu terpenuhi di dunia nyata. Sehingga, performanya dapat bervariasi tergantung pada sifat dataset yang digunakan.