Rabu, 25 Maret 2020

Notulensi Tarhib Ramadhan Al-Fatih 1441 H 1 Sya’ban 1441 H (25 Maret 2020) Tadabur Ayat Ramadhan dari Sisi Tarbiyah dan Iman

INI BUKAN TULISAN SAYA TETAPI TULISAN DARI USTD ABU ZAID
========================================================
Saya dokumentasikan di sini agar tidak hilang oleh waktu




Notulensi Tarhib Ramadhan Al-Fatih 1441 H
1 Sya’ban 1441 H

Tadabur Ayat Ramadhan dari Sisi Tarbiyah dan Iman

Ustadz Budi Ashari, Hafizhahullah

Ayat tentang ramadhan turun pada tahun 2 Hijriyah, yang artinya dibutuhkan 15 tahun (13 tahun di makkah dan 2 tahun di madinah) sebagai persiapan iman karena yang dipanggil adalah orang-orang beriman.

Surat Al-Baqarah ayat 183 diawali dengan panggilan kasih sayang (hai, orang-orang beriman) karena yang dipanggil bukan hanya diri tetapi juga iman kita. Dengan kata lain, kita harus datang dengan iman dan fisik agar menghasilkan ramdhan yang istimewa.


QS 2 : 183

Puasa selama 1 bulan itu sesungguhnya memang berat. Dan ketika syari’at itu berat, justru Allah menyampaikannya dengan bahasa yang ringan.

Allah menerangkan bahwa shiyam itu tidak hanya diperintahkan kepada kalian (red : kita sebagai ummat nabi Muhammad) tetapi juga kepada kaum sebelumnya. Dimana hasil besarnya ialah mencapai taqwa.

Shiyam (red : puasa) termasuk syari’at yang sejak ummat sebelum nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam (syar’u man qablaha) dan juga untuk kita hari ini.

Padahal tidak semua syari’at yang berlaku untuk ummat sebelumnya berlaku untuk kita hari ini. Ini menunjukan bahwa semenjak Nabi Adam sampai seterusnya, kita sebagai manusia tidak (akan) lepas dari puasa atau dengan kata lain puasa dapat memberikan masalahat untuk seluruh manusia.

Allah juga menggunakan kata Ayyaman yang berarti hari-hari dan ma’dudaat yang secara bahasa berarti juga terbatas (sedikit). Karena Allah hanya mewajibkan berpuasa selama 1 bulan, di saat 11 bulan sebelumnya kita tidak diwajibkan berpuasa.

Ini menjadi pelajaran besar bagi kita di saat merebaknya pandemi, dimana kita harus pandai memilih dan/atau mengakses berita yang menyenangkan, serta berusaha menyampaikan sesuatu yang menyenangkan. Karena mengabarkan sesuatu yang membahagiakan itu juga bagian dari ibadah

Maka bentuk kebahagiaan kita saat ini harusnya terfokus pada dua hal :
1.    Datangnya ramadhan
2.    Berhentinya wabah corona

Puasa adalah ibadah untuk sampai pada derajat tertinggi : taqwa, maka kita harus berpuasa tidak hanya fisik tapi juga hati agar nilainya tinggi. Puasa juga membawa nilai untuk memperbaiki lisan, baik ucapan maupun tulisan. Puasa juga semacam masa charging untuk menghadapi 11 bulan selainnya.

QS 2 : 184

Ayat ini mengandung nilai fiqih, dimana orang beriman (yang diwajibkan berpuasa) itu tidak dipersulit. Pelajarannya, bahwa hidup kita ini (harus) diatur dengan kadar yang sudah ditentukan syari’at.

Bulan ramadhan juga erat kaitannya dengan sedekah. Maka kita perlu menyiapkan diri menyambut ramadhan dengan membantu saudara kita memenuhi kebutuhannya, apalagi di tengah kondisi saat ini, dimana sebagian saudara kita mungkin sedang dalam kondisi serba terbatas karena kehilangan pekerjaan untuk sementara waktu.

QS 2 : 185

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an.

Ramadhan (dalam bahasa Arab) berasal dari kata Ramdha yang artinya panas. Penamaan ini, sebagaimana nama-nama bulan hijriyah lainnya disesuaikan dengan musim atau aktifitas orang-orang pada masa itu.

Sekalipun bisa jadi ramadhan tidak hanya terjadi pada musim panas, tapi nilai lain dari ramadhan ialah berfungsi sebagai waktu Allah membakar dosa-dosa kita

Ada satu kabar baik, bahwa tahun-tahun ini ramadhan (akan) terjadi pada saat (mulai) musim panas. Dimana Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah menyatakan bahwa Tha’un yang terjadi (sebelum tahun 833 H) berawal pada musim semi dan berakhir di awal musim panas. Dan itu adalah bulan Ramadhan.

Prioritas di bulan ramdhan itu ada 2 : shiyam dan Al-Qur’an.
Shiyam dilakukan pada siang hari dan (Mudarasah) Al-Qur’an pada sepanjang hari, utamanya malam hari. Hal ini sebagaimana kebiasaan Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi Wasallam dan Malaikat Jibril yang selalu melakukan mudarasah Al-Qur’an di bulan Ramadhan pada malam hari.


Selain itu juga karena Al-Qur’an sejalan dengan (kondisi) malam hari. Kebutuhan manusia pada siang hari berbeda dengan kebutuhan saat malam hari, yang kalau kebutuhan itu tidak dipenuhi maka akan terjadi kerusakan. Malam hari adalah saat yang tepat untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Semakin bertambah hitungan hari di bulan ramadhan hubungan kita dengan langit harus semakin menaik dan semakin mengurangi hubungan dengan yang di bumi, bahkan mencapai puncaknya di 10 hari terakhir. Nabi sampai membuat semacam tenda karena ingin memutus komunikasi dengan makhluk.

Di tengah kondisi saat ini, kita perlu berhusnuzhan bahwa mungkin corona diturunkan oleh Allah agar ramadhan kita semakin istimewa. Sehingga bacaan kita terhadap Al-Qur’an harus diperbanyak dan bacaan selain Al-Qur’an disimpan dulu setelah bulan ramadhan, apalagi kabar seputar Corona.

Bahkan imam Malik Rahimahullah sampai menutup kajian hadist nya dan menyuruh murid-muridnya untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Beberapa catatan ustadz Budi tentang Al-Qur’an

1.    Fungsi utama Al-Qur’an ialah sebagai petunjuk (hidayah) bagi manusia.
2.    Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak do’a, dan do’a yang pertama kali muncul (di surat Al-Fatihah) ialah do’a meminta hidayah (petunjuk). Karena kalau sudah dapat hidayah maka hidup kita akan dipandu oleh Allah. Karena kecerdasan, hati dan yang lainnya kalau tidak dipandu oleh Allah hanya akan merusak.
3.    Ramadhan jadikan momentum Al-Qur’an sebagai hidayah hidup kita.
4.    Al Qur’an itu selain sebagai Huda (petunjuk), Bayyinat (penjelas) juga Furqan (pembeda)


Allah menginginkan kemudahan, bukan kesulitan. Tapi cara mengukurnya jangan hanya dari zhahir tapi tanyakan pada Allah. Contohnya ialah syari’at perang yang tidak disukai tapi baik, atau bahkan kita suka sesuatu tapi ternyata tidak baik.

Bentuk cinta Allah tidak hanya ketika seseorang haus, dia akan di berikan minum tapi bisa jadi “dipaksa” haus. Karena kadang kita lebih butuh haus, lapar, takut dsb., daripada sebaliknya dan itu juga merupakan bukti cinta Allah.

Hidayah itu mahal, maka kita harus bertakbir (menyebut nama Allah) ketika mendapatkan nikmat berupa hidayah. Sebab kalau Allah tidak mengijinkan, maka kita tidak akan dapat mendapatkan hidayah dan melakukan kebaikan.

Pelajarannya : Ketika mendapat kebaikan kita harus menyebut nama Allah dan jika mendapat keburukan salahkan diri sendiri.

Ramadhan diawali dengan takbir (ketika takbiratul ihram untuk shalat di malam hari pertama puasa) dan di akhiri dengan takbir di malam pertama syawal. Kita harus menyatakan bahwa hanya Allah Yang Maha Besar dan selainnya kecil.

QS 2 : 186

Jika kita melihat susunan ayat tersebut yang berupa penjelasan dari Allah jika ada yang bertanya tentang Allah, tidak ada kata “Katakan” sebelum menyatakan bahwa Allah itu dekat. Mengapa tidak ada “Katakan”? Karena kalau ada yang tanya tentang Allah, biar langsung Allah yang menjawab.
Kita harus memperbanyak do’a, dengan memenuhi syarat-syaratnya.

Dan kita harus berhusnuzhan kepada Allah terhadap do’a kita sebagaimana nabi Zakariya yang tidak pernah kecewa.

Karena ketika orang berdo’a, maka ada tiga kemungkinan :
1.    Dikabulkan sesuai permintaan
2.    Disimpan balasannya di akhirat
3.    Dijauhkannya musibah dari diri kita

QS 2 : 187

Mengandung nilai fiqih dan juga nilai keluarga.

“Kok bisa tiba-tiba ada tema suami-istri?”

Ini menunjukan bahwa Ramadhan adalah bulannya keluarga. Dimana pasangan (suami-istri) diilustrasikan sebagai pakaian.

Pakaian itu sendiri memiliki fungsi :
1.    Menutup aurat : pasangan hendaknya tidak saling membuka aib
2.    Menutup dari hal menyakitkan (panas, dingin, senjata untuk pakaian perang ) : pasangan harus saling melindungi
3.    Keindahan : indah karena pasangan dan bagi pasangan
Dan pakaian ada yang beli jadi selain buat sendiri, maka karena kita tidak pernah memesan tentang pasangan kepada orang tuanya ketika kita mendapatkan pakaian itu terdapat kekurangan harus dimaafkan.


Ramadhan juga memiliki pesan kesuburan : hamil.  Dimana Allah berfirman pada ayat ini “..Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu...” yang ditafsirkan oleh para ulama sebagai kehamilan


Ramadhan juga bulannya itikaf, dimana Allah berfirman bahwa pada 10 hari terakhir itu ada lailatul qadar yang di dalam Surat Al –Qadr dinyatakan sebagai keselamatan. Sehingga Semoga Ramadhan menjadi bulan kedamaian dan keselamatan untuk kehidupan kita.
Wallahua’lam bish shawab.

Ditulis oleh : Abu Zaid

0 komentar: