Ahad, 5 Okt 2025
Panen kebun RT masak sayur kangkung, bayam, terong
SCIENCE is about KNOWING, ENGINEERING is about DOING.
Kita kan buat alarm battery yang bisa bersuara orang dari pada bunyi alarm. Kita tahu bahwa efek membiarkan battery sampai habis 0% akan mengurangi umur battery.
"Apakah membiarkan battery laptop habis 0% akan cepat mempercepat umur baterai?"
Ya, membiarkan baterai laptop habis total hingga 0% secara rutin akan sangat mempercepat penurunan umur baterai (degradasi) dan harus dihindari.
Berikut penjelasan detailnya, serta tips terbaik untuk merawat baterai laptop Anda.
Baterai laptop modern hampir semuanya menggunakan teknologi Lithium-ion (Li-ion). Baterai jenis ini memiliki karakteristik khusus:
Stres pada Sel Baterai: Mengosongkan baterai hingga 0% (deep discharge) memberikan tekanan yang sangat besar pada sel-sel kimia di dalamnya. Hal ini menyebabkan kerusakan struktural yang permanen pada komponen internal baterai.Berikut adalah ilustrasi sederhana untuk memahami tingkat stres baterai:
Kondisi Baterai | Tingkat Stres & Efek pada Umur Baterai |
---|---|
100% (Terisi penuh terus-menerus) | TINGGI - Stres kimia tinggi, mempercepat degradasi dalam jangka panjang. |
80% - 20% (Zona Aman) | RENDAH - Zona paling ideal untuk kesehatan baterai. |
0% (Habis total) | SANGAT TINGGI - Sangat merusak, berisiko mati total. |
Membiarkan baterai laptop habis 0% adalah kebiasaan yang buruk dan merupakan salah satu faktor tercepat yang merusak kesehatan baterai.
Perawatan terbaik untuk baterai Lithium-ion adalah menjaga dayanya berada di zona nyaman 20% - 80% sebanyak mungkin. Jangan terlalu khawatir untuk mengisinya setiap hari, dan jangan biarkan hingga benar-benar habis.
Perilaku seperti ini akan memastikan baterai laptop Anda tetap sehat dan berumur panjang.
BERIKUT INI PROGRAM ALARM BATTERY MENGUNAKAN KODE POWER SHELL WINDOWS DAN BAT FILE.
1. buat file misal dengan nama battery_monitor.ps1 isi kode:
# ====================================
# Monitoring_battery_laptop
# =====================================
$Threshold = 48 # Persentase baterai minimum (dalam %)
$CheckInterval = 30 # Interval pengecekan dalam detik
# Loop pemantauan
while ($true) {
# Mendapatkan informasi baterai
$BatteryStatus = Get-CimInstance -Namespace root/WMI -ClassName BatteryStatus
$FullCapacity = (Get-CimInstance -Namespace root/WMI -ClassName BatteryFullChargedCapacity).FullChargedCapacity
# Menghitung persentase baterai
if ($FullCapacity -ne 0) {
$Percent = [math]::Round(($BatteryStatus.RemainingCapacity / $FullCapacity) * 100)
} else {
$Percent = 0 # Default jika tidak terdeteksi
}
Write-Host "Level baterai saat ini: $Percent%"
# Memeriksa apakah baterai di bawah ambang batas
if ($Percent -lt $Threshold) {
Write-Host "Peringatan: Baterai rendah ($Percent%)! Memutar alarm..."
# Alarm suara menggunakan text-to-speech bawaan Windows
$voice = New-Object -ComObject SAPI.SpVoice
$voice.Speak("BUT THE RAY HAM PEAR HA BISH SEGERA CHARGE")
}
# Tunggu sebelum memeriksa lagi
Start-Sleep -Seconds $CheckInterval
}
Bagian threshold dan checinterval silahkan di sesuaikan.
2. Buat bat file yang akan menjalankan kode powershell run_battery_monitor.bat isinya sbb:
powershell -WindowStyle Hidden -ExecutionPolicy Bypass -File "d:\battery_monitor.ps1"
3. File run_battery_monitor.bat dibuat shortcut di dekstop
Catatan online perkembangan tanaman di kebun AJT
1. Mengapa Allah menciptakan makhluk?
Dalam Islam, para ulama menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluk bukan karena kebutuhan, sebab Allah Maha Sempurna, tidak butuh kepada siapa pun. Semua makhluk diciptakan karena hikmah (kebijaksanaan) Allah, dan salah satu hikmah terbesarnya adalah untuk beribadah dan mengenal-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Beberapa penjelasan ulama:
Untuk beribadah kepada Allah
Bukan hanya shalat atau puasa, tapi seluruh aktivitas yang diniatkan karena Allah.
Jadi, tujuan utama penciptaan makhluk adalah penghambaan kepada-Nya.
Untuk mengenal Allah (ma’rifatullah)
Sebagian ulama tafsir (misalnya Ibnu Abbas) menafsirkan "liya’budun" sebagai "liya’rifun" (supaya mereka mengenal-Ku).
Allah menciptakan langit, bumi, manusia, hewan, alam semesta agar manusia bisa mengenal Sang Pencipta.
Untuk menjadi ujian
Dunia ini ladang ujian. Allah berfirman:
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)
Untuk menampakkan sifat-sifat Allah
Allah Maha Pencipta (Al-Khaliq), sehingga keberadaan makhluk menampakkan sifat penciptaan-Nya.
Allah Maha Pengasih, maka kasih sayang-Nya terlihat dalam kehidupan makhluk.
Allah Maha Adil, maka keadilan-Nya tampak dalam hukum-hukum-Nya.
Kesimpulannya, Allah menciptakan makhluk bukan karena butuh, melainkan karena kehendak dan hikmah-Nya: agar kita mengenal, menyembah, dan diuji dalam ketaatan, hingga pada akhirnya kembali kepada-Nya.
2. Kenapa saya ada?
Kamu ada karena Allah yang menciptakanmu.
Allah tidak sembarangan menciptakan manusia. Ada beberapa alasan kenapa kita ada:
Untuk beribadah kepada Allah
Hidup kita bukan kebetulan. Allah berfirman:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Untuk diuji
Hidup ini seperti ujian sekolah. Allah mau lihat siapa yang sabar, siapa yang jujur, siapa yang sungguh-sungguh mencari kebaikan.
“Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa yang terbaik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)
Untuk menjadi khalifah (pengelola) di bumi
Allah jadikan manusia berbeda dengan makhluk lain: bisa berpikir, bisa memilih, bisa membangun.
Kita diberi amanah menjaga bumi, bukan merusaknya.
Untuk mengenal Allah
Lewat alam semesta, hati, dan perjalanan hidup, kita bisa mengenal siapa Allah.
Jadi, keberadaanmu adalah jalan untuk menemukan cinta dan makna sejati bersama Allah.
Jadi… kamu ada bukan kebetulan, bukan juga sekadar “mengalir”. Kamu ada karena Allah ingin kamu menjalani peran khusus: menyembah-Nya, diuji, menjaga bumi, dan akhirnya kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.
Ilustrasi sederhana (semacam analogi sehari-hari) biar lebih terasa dekat kenapa kita “ada”?
Bayangkan seorang guru yang bikin ujian untuk muridnya.
Guru itu pintar, tidak butuh ujian untuk tahu siapa murid yang rajin atau malas, karena dia sebenarnya sudah tahu.
Tapi, dengan adanya ujian, murid bisa membuktikan dirinya sendiri, bisa belajar lebih sungguh-sungguh, dan hasilnya jadi nyata.
Nah, kehidupan ini mirip seperti itu:
Allah tidak butuh kita – Allah sudah Maha Tahu, Maha Kaya, Maha Sempurna.
Tapi Allah ciptakan kita supaya kita bisa menemukan diri kita, bisa memilih jalan yang baik atau buruk, dan akhirnya kita sadar bahwa semua kembali kepada-Nya.
Contoh lain: seperti seorang seniman yang bikin lukisan indah.
Bukan karena dia butuh lukisan itu, tapi karena sifatnya sebagai seniman, dia ingin keindahan itu terlihat.
Allah pun begitu: Dia Al-Khaliq (Maha Pencipta). Dia ingin sifat-sifat-Nya (kasih sayang, adil, memberi rezeki, mengampuni) tampak dalam ciptaan-Nya.
Jadi, kenapa kamu ada?
Karena Allah memilih kamu untuk hadir di dunia ini, bukan orang lain.
Allah ingin kamu menemukan makna hidupmu, menjalani ujianmu, dan pulang dalam keadaan yang lebih baik daripada saat datang ke dunia.
quote singkat tentang “kenapa aku ada” :
“Aku ada bukan kebetulan, tapi karena Allah menghendaki.”
“Aku ada untuk diuji, agar kebaikanku nyata.”
“Aku ada sebagai khalifah, menjaga bumi dengan amanah.”
“Aku ada untuk mengenal Allah lewat setiap detik hidupku.”
“Aku ada supaya pulang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
Kalau kamu tidak ada, itu tidak berarti Allah tidak ada.
Karena keberadaan Allah tidak tergantung pada ada atau tidaknya makhluk.
Misalnya begini:
Sebelum manusia pertama (Nabi Adam) diciptakan, Allah sudah ada.
Sebelum langit, bumi, malaikat, jin, bahkan waktu dan ruang diciptakan, Allah sudah ada.
Jadi, Allah azali (tanpa permulaan) dan baqa’ (tidak berakhir).
Ada hadis Nabi ﷺ:
“Allah ada dan tidak ada sesuatu pun selain-Nya.”
(HR. Bukhari)
Artinya, kalau kamu tidak lahir, kalau bumi ini punah, kalau seluruh alam semesta hilang—Allah tetap ada, karena Dia tidak butuh kepada ciptaan.
Jadi kesimpulannya:
Kalau aku ada → Allah tetap ada.
Kalau aku tidak ada → Allah juga tetap ada.
Keberadaanku hanyalah bukti kasih sayang Allah, tapi bukan syarat adanya Allah.
Analogi sederhana biar lebih kebayang
Bayangkan matahari
Nah, begitu juga dengan Allah
Jadi singkatnya: Allah ada tanpa butuh kita, tapi kita ada karena Allah.
4. Berarti adanya manusian atau aku, itu merupakan kehormatan kah? Bahwa aku diciptakan utk bersaksi adanya Allah?
Betul sekali — adanya manusia (termasuk kamu) adalah kehormatan besar, karena:
Jadi benar: adanya kamu adalah kehormatan — kamu bukan sekadar ada, tapi ada untuk bersaksi, beribadah, menjaga bumi, dan kembali kepada Allah dengan syahadat yang utuh.
Baik, ini beberapa pilihan kalimat singkat self-reminder tentang kehormatan kita sebagai manusia:
satu kalimat kuat yang bisa jadi motto hidup:
“Aku ada bukan kebetulan, tapi kehormatan: diciptakan Allah untuk bersaksi, beribadah, menjaga amanah, dan kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.”
5. Lanjut bahasan lain, bahwa kita dilahirkan dibekali dengan panca indera dan otak. Kita mengenal semua benda didunia karena indera yg di proses di otak, jika kita putus semua indera berarti benda yg ada di dunia ini tidak ada, adanya karena di indera dan pengolahan otak. Jadi sebenarnya kita tidak ada kan? Termasuk dunia seisinya dan alam semesta ini?
1. Kita mengenal dunia lewat panca indera + otak
Contoh:
Kalau kamu tutup mata, bukan berarti matahari hilang. Kamu hanya tidak melihatnya.
2. Dunia tetap ada, meskipun tidak ditangkap indera kita
Analogi:
Bayangkan ada radio. Kalau kamu matikan radionya, suara siaran tidak terdengar. Tapi siaran radio tetap ada di udara, hanya saja kamu tidak menangkapnya.
3. Jadi, apakah kita “tidak ada”?
4. Pandangan tasawuf & filsafat
Jadi kesimpulannya:
Hubungan panca indera – otak – ruh menurut Islam.
1. Panca Indera → Gerbang Informasi
Contoh: orang buta tidak melihat cahaya, tapi cahaya tetap ada.
2. Otak → Pusat Pengolahan
3. Ruh → Sumber Kesadaran Sejati
Allah berfirman:
“Kemudian Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku…” (QS. Al-Hijr: 29)
Artinya: kesadaran sejati kita bukan karena indera atau otak, tapi karena ruh.
4. Bagaimana hubungan ketiganya?
Kalau indera mati → data berhenti.
Kalau otak mati → proses berhenti.
Kalau ruh dicabut → kesadaran hilang total, tubuh jadi mayat.
5. Intinya dalam pandangan Islam
Jadi, kita ada bukan karena indera dan otak, tapi karena ruh yang ditiupkan Allah.
Indera & otak hanyalah sarana kita mengenal dunia, sementara ruh adalah sarana mengenal Allah.
Kenapa ruh bisa tetap “merasakan” meski indera & otak sudah berhenti bekerja (misalnya dalam mimpi atau setelah mati)?
1. Ruh bisa merasakan tanpa indera & otak → contohnya mimpi
Allah berfirman:
“Allah memegang jiwa (ruh) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya...” (QS. Az-Zumar: 42)
Artinya, tidur itu “mati kecil” → tubuh diam, tapi ruh tetap punya pengalaman.
2. Ruh tetap ada setelah mati
3. Ruh = pusat kesadaran sejati
“Allahumma inni aslamtu nafsi ilayk...” (Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu).
→ yang dimaksud “nafs” atau “diri” di sini adalah ruh.
4. Kesimpulan
Bedanya pengalaman ruh di tiga kondisi:
Contoh: kamu melihat cahaya, mendengar suara, merasa lapar → semua lewat tubuh.
“Mimpi itu ada tiga: mimpi dari Allah, mimpi dari setan, dan mimpi dari diri sendiri.” (HR. Muslim)
“Kubur itu bisa menjadi salah satu taman surga, atau salah satu lubang neraka.” (HR. Tirmidzi)
Artinya: meski tubuh hancur, ruh tetap hidup dengan pengalaman baru.
“Sebagaimana Kami memulai penciptaan pertama, begitulah Kami mengulanginya kembali.” (QS. Al-Anbiya: 104)
“Setiap kali kulit mereka hangus terbakar, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab.” (QS. An-Nisa: 56)
Ayat ini menegaskan: bukan hanya ruh, tapi jasad juga akan benar-benar hidup dan merasakan balasan.
Jawabannya: iya, itu sangat mudah bagi Allah — bahkan lebih mudah dari yang kita bayangkan, kita uraikan:
1. Ruh adalah pusat rasa sejati
2. Surga & neraka bukan sekadar “ilusi rasa”
Contoh ayat:
“Setiap kali kulit mereka hangus terbakar, Kami ganti kulit mereka dengan yang lain, agar mereka merasakan azab.” (QS. An-Nisa: 56)
→ artinya jasad dihidupkan dengan kemampuan untuk terus merasakan.
3. Kenapa mudah bagi Allah?
4. Jadi, apakah surga & neraka hanya “program rasa”?
Kesimpulan:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini’.” (QS. Al-A’raf: 172)
Jadi sebelum lahir, setiap ruh manusia sudah ditanya dan sudah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan.
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah (tauhid). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Artinya: walaupun kita tidak ingat perjanjiannya secara “film dokumenter”, ruh kita membawa fitrah tauhid sejak lahir.
*“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (QS. Al-A’raf: 172)
Ayat ini tidak menyebut ada yang menolak. Semuanya sepakat menjawab “Bala syahidna” (Betul, kami bersaksi).
Setelah lahir → manusia diberi ujian:
Fitrah bisa tertutup oleh hawa nafsu, syahwat, lingkungan, bisikan setan.“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari & Muslim)
“Bayi yang gugur (miscarriage) akan menyeret ibunya dengan tali pusarnya menuju surga, jika ibunya bersabar atas musibah itu.” (HR. Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani).
Artinya: janin menjadi syafaat (penolong) bagi orang tuanya.
Dari hadis ini, ruh ditiupkan setelah 120 hari (4 bulan).
1. Jika janin meninggal sebelum 120 hari (sebelum ruh ditiupkan)
2. Jika janin meninggal setelah 120 hari (setelah ruh ditiupkan)
3. Tentang Pahala
- Janin tidak mendapat pahala amal ibadah, karena belum sempat beramal.
- Tapi ia diberi kemuliaan, kedudukan, dan kenikmatan di sisi Allah.
- Orang tuanyalah yang mendapat pahala, bila sabar, ridha, dan tawakal atas musibah itu.
Jadi, intinya:
- Sebelum 120 hari → belum ada ruh, tapi ujian bagi orang tua.
- Setelah 120 hari → sudah ada ruh, janin wafat dalam keadaan suci, dijamin rahmat Allah, bahkan bisa jadi penolong bagi orang tuanya di akhirat.